Pedang Jepang peninggalan perang termasuk
perlengkapan militer yang di-standarisasi (issued
equipment), memiliki ciri khas standar IJA (Imperial
Japanese Army). Biasa disebut Gunto (military sword)
, di mana Gun 軍 (military) dan To 刀 (sword). Bisa
dikatakan bahwa semua tentara Jepang saat itu
menggunakan pedang yang sama. Tidak ada ceritanya
dalam satu pasukan ada yang menggunakan pedang,
ada yang bawa celurit, golok, gobang, keris, atau yang
lainnya.
Yang model lama biasa disebut Kyu Gunto; yang
model berikutnya biasa disebut Shin Gunto. Semua
bilahnya kaku, tidak ada yang bisa dijadikan sabuk
atau bisa digulung.
Di era PD I, pedang Jepang biasa disebut Kyu Gunto,
ini tidak ada di Indonesia, karena IJA (Imperial
Japanese Army) yang ke Indonesia tidak bawa Kyu
Gunto, sebab sudah out of date. Digunakan oleh
angkatan darat dan angkatan laut.
Angkatan darat meresmikan Gunto di tahun Jepang
2594 (tahun 1934) dengan nama Tipe 94 atau 九四式軍刀
(kyūyon-shiki guntō)
Angkatan laut meresmikan Gunto baru di tahun
Jepang 2597 (tahun 1937) diberi nama Tipe Tachi,
atau dikenal dengan Kai Gunto.
Angkatan Darat merevisi Gunto mereka di tahun
Jepang 2598 (tahun 1938) diberi nama Shin Gunto
Army Tipe 98.
Angkatan Darat merevisi Gunto mereka di tahun
Jepang 2603 (tahun 1943) diberi nama Shin Gunto
Army Tipe 03.
KOSHIRAE (mounting gunto) dan nama bagiannya.
Semua bagian ini (dari ujung ke ujung) harus ada,
karena ini termasuk standar militer.
Dibedakan untuk AD dan AL, karena AL membuat
pedang mereka sedikit lebih eksklusif dari AD dan
dikenal sebagai Kai Gunto (Kaigun = Navy/angkatan
laut). Kanan – shin gunto, kiri – kai gunto:
Fuchi kashira
Tali ornamen atau lazim disebut tassel sebagai tanda
pangkat yang dibuat dari sutra dan katun,
menentukan pangkat pemilik pedangnya. Coba
perhatikan, tidak ada logo 9 bintang, 9 gunung, keong
racun, atau yang lainnya.
Di luar yang sudah disebutkan di atas, masih ada
pedang kualitas rendah yang diberikan kepada NCO,
ini yang dipakai para prajurit PETA, dll, yang aslinya
disebut 九五式軍刀 (Kyuugō-shiki guntō)
Bilah dan mountingnya kualitas rendah, gagang dibuat
dengan sistem cetak menyerupai ikatan ito pada
gunto asli - inilah pedang "Samurai" asli yang banyak
beredar di Indonesia.
Pada bilah pedang inilah yang ada nomor serinya,
lihat fotonya secara detail. Pedang bernomor seri
seperti ini nilainya rendah, tidak ada nilainya selain
sebagai Relic Militer.
Terkadang dari mereka yang menawarkan "Pedang
Sabuk" ada yang mengatakan:
"Yang pakai ini kan tingkatan Jendral, bukan tentara
rendahan, cuma ada 8 Jendral, jadi barangnya
langka."
Mari kita buktikan, berikut adalah Jendral Tomoyuki
Yamashita, the Tiger of Malaya, salah satu Jendral
Jepang paling terkenal.
https://en.wikipedia.org/wiki/
Tomoyuki_Yamashita
Tomoyuki Yamashita - Wikipedia, the free
encyclopedia
photonya sedang membawa pedang di pinggang
dan tidak dijadikan sebagai sabuk.
Qadarullah beliau menyerah saat PD II berakhir dan
menyerahkan pedangnya kepada Jendral Mc Arthur.
Pedang ini masih ada sampai sekarang, tersimpan di
West Point Military Museum. Sayangnya West Point
Military Museum menyimpan Gunto ini dengan cara
yang salah, meletakkan pedang dengan mata tajam
ke bawah, cara yang tidak dibenarkan dalam
menyimpan sebuah Pedang Jepang. Lihat nih
pedangnya, kaku atau lentur?
Oleh Pak herman Yuli Prasetyo